Senin, 23 Februari 2015

Duri dalam Daging

Aku diberi suatu duri di dalam dagingku...aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari hadapanku.Tetapi jawab Tuhan kepadaku,"Cukuplah anugerah-Ku bagimu ..."
(2 Korintus 12 : 7-9)

"Duri dalam dagingku-apakah itu suamiku atau kecanduanku akan alkohol?"Pasienku, seorang alkoholik, berusaha mengatasi ketagihannya akan alkohol melalui pendekatan rohani. Ia mulai memahami bahwa Allah menerima ia tanpa syarat ketika ia masih berdosa, dan ini memberi ia kekuatan untuk menjadi baik. Seperti perempuan itu, kita dapat membenci dan mencintai diri kita sendiri pada saat yang sama, dan menginginkan kebaikan dan kejahatan bersamaan. Mengapa kita begitu cacat?

Paulus diberikan sebuah 'duri' dalam daging. Apakah itu? Apakah itu kelemahan tubuh, atau salah satu dosa nafsu dan keinginan daging? Ada yang berpikir "duri" tersebut mungkin penyakit yang berhubungan dengan mata, seperti trakom, atau penyakit laiinya seperti malaria kronis atau epilepsi. Ada yang berpendapat "duri" itu adalah godaan rohani atau oposisi terhadap Injil yang tak kunjung reda. "Duri" Paulus yang sebenarnya kita tidak tahu! Ketidakpastian ini memberi kebebasan kepada setiap orang untuk mengartikan "duri" sebagaimana yang dipikirkan mereka. Jadi "duri" yang merupakan penghalang yang tidak diinginkan agar dapat melayani Tuhan dengan efektif dan bebas.

Inti dari pengalaman Paulus tersebut, Tuhan bekerja walaupun, atau lebih tepatnya melalui, "duri" kita. Anugerah Allah cukup dalam setiapkeadaan. Kekuatan-Nya ditunjukkan dalam kelemahan kita. Tuhan memakai kita walaupun kita mempunyai kelemahan. Tentu saja ini bukan berarti menerima segala sesuatu diperbolehkan. Kita tidak boleh terus berbuat dosa agar menerima lebih banyak lagi anugerah. Tidak! Kita berjuang melawan dosa dalam diri kita, dan meminta Allah memulihkan kita, yakin bahwa anugerah-Nya cukup buat mempersiapkan kita untuk hidup yang telah Ia rencanakan bagi kita. 

Tapi ada satu pemikiran akhir yang mengganggu. Bila Tuhan memperlakukan kita dengan anugerah sedemikian rupa dan menerima kita sebagaimana adanya, mengapa kita tidak melakukan hal yang serupa kepada orang lain?Mengapa kita begitu sulit memafkan?

Baca :
2 Korintus 12 : 1-10; Galatia 5 : 16-26


Dikutip dari :
Sumber Hidup Praktisi Medis

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag