Senin, 27 Oktober 2014

Dimensi Kristiani


Banyak orang di Inggris saat ini melihat sedikitnya relasi antara agama dan praktek kedokteran. Pada masa lalu, hal ini tidaklah demikian. Kehidupan yang utuh dilihat dalam ruang lingkup agamawi; paling tidak pelayanan penyembuhan.

Thomas Sydenham, yang kadang-kadang disebut sebagai Bapak Hippocrates Inggris dan juga Bapak Kedokteran Inggris, seorang dokter yang pertama kali memberikan deskripsi klasik dari Rheumatic Chorea, melihat hal tersbut di atas. Anjurannya bagi setiap orang yang mau memasuki profesi ini adalah sebagai berikut :
Siapapun juga yang menekuni bidang kedokteran seharusnya secara serius mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

  1. Bahwa dia pada suatu waktu harus bertanggung jawab kepada Hakin yang Agung akan setiap nyawa pasien yang dipercayakan dalam tangannya.
  2. Ilmu dan keterampilan yang sedemikian itu, sebagai berkat dari Allah Yang Maha Kuasa, dia telah dapatkan, adalah untuk secara khusus diarahkan untuk kemuliaan Sang Pencipta, dan kesejahteraan ciptaan lainnya; karena hal tersbut adalah dasar untuk karunia-karunia surgawi yang besar untuk menjadi hamba.
  3. dia harus sadar bahwa dia berhubungan dengan sesuatu yang tidak ada artinya atau binatang yang dapat disepelekan. Kita harus menyadari nilai dari manusia, yang untuknya Allah telah menyerahkan Anak-Nya yang tunggal untuk menjadi manusia dan memperdamaikan manusia dengan-Nya.
  4. dia harus ingat bahwa dia sendiri tidak terkecuali, bersama-sama dengan yang lainnya, akan mengalami hukum mortalitas, dan bisa mengalami sakit dan penderitaan sama seperti sesamanya. Oleh karena itu, kiranya dia menyalurkan pertolongan kepada yang tertekan dengan perhatian yang lebih besar, dengan lebih ramah dan dengan perasaan persaudaraan yang lebih kuat.
Dan kiranya cukup adil jika dikatakan bahwa hanya sangat sedikit yang sepikiran dengan Syndenham. Namun, di bawah terang wahyu Allah melalui Yesus Kristus yang tidak berubah, Firman yang hidup, dan Alkitab, Firman yang tertulis, apa yang Syndenham katakan adalah benar. Pasien kita berharga dan harkatnya bernilai bagi Allah sehingga Dia mengirimkan Anak-Nya untuk mati di kayu salib. Keahlian & keterampilan seorang dokter seharusnya untuk Sang Pencipta dan bukan untuk kepentingan diri sendiri. Dokter, seperti juga lainnya, akan mempertanggungjawabkan kepada Hakin yang Agung itu segala perlakuan terhdapa para pasien yang dipercayakan kepadanya.


Dimensi Kristiani yang Hilang

Mula-mula sebagian besar dari rumah-rumah sakit di dunia barat merupakan buah dari inisiatif kekristenan. Mereka tidak hanya menanggulangi kesembuhan fisik dan jiwa, tetapi juga kebutuhan rohani para pasien. Oleh karena itu, mereka mendirikan kapel-kapel di dalam rumah-rumah sakit dan menetapkan rohaniwan seta waktu doa di ruang-ruang perawatan serta kamar-kamar operasi. Namun, dalam 100 tahun terakhir ini dilihat suatu penurunan yang nyata dalam hal perhatian yang diberikan untuk kebutuhan rohani para pasien; khususnya di Inggris. Beberapa rumah sakit yang baru, dibangun tanpa kapel dan, meskipun para rohaniwanada pada hampir semua rumah sakit, mereka tidak tersebar luas, dan menerima sedikit sekali dorongan. Waktu doa di ruang-ruang perawatan dan kamar-kamar operasi sudah banyak ditiadakan dan hanya di beberapa rumah sakit saja. 

Saya ingat benar akan suatu pengalaman yang berkesan sebagai seorang mahasiswa di suatu malam dalam Perang Dunia II, ketika saya sedang bertugas sebagai petugas pencegah kebakaran di lantai atas Britol General Hospital. Beberapa ruang perawatan sudah rusak disebabkan serangan udara di kota tersebut. Melalui suatu koridor yang telah dievakuasi, saya menemukan sebuah meja yang masih berada di tengah ruangan. Saya membuka lacinya dan menemukan satu kotak kuno kecil. Pada kayunya dilekatkan sepotong kertas yang menguning karena sudah usang, dan di sana tertulis sebuah doa malam yang singkat. Doa itu disimpulkan dengan kata-kata : Bapa kami,  dan seterusnya. Di bawah tulisan itu seseorang telah menuliskan bagian lanjutan dari Doa Bapa Kami. Kotak doa yang kuno ini, tinggal di laci, merupakan contoh tipikal penurunan dan kejatuhan pegenalan akan Tuhan di rumah sakit.

Pentingnya Dimensi Rohani

Kesehatan jasmani penting; tetapi sehat rohani lebih penting lagi, sebagaimana Tuhan kita dan para murdi-Nya mengajarkannya dengan begitu empatis. Kita hidup di zaman yang tidak kekurangan apapun kecuali dimensi rohani dan kekekalan. Sebagai akibatnya, kita melihat hidup sementara ini sebagai yang terpenting; yang mana fakta sesungguhnya adalah merupakan prelude singkat dimana seseorang mungkin mengenal Allah dan mulai mempersiapkan untuk hidup yang sebenarnya; kehidupan kekal. Bahkan pengobatan jasmani dan kejiwaan yang paling sukses pun hanya sekedar pekerjaan kecil saja. Lambat laun, tubuh jasmani akan berlalu. Lebih jauh, banyak pengobatan medis masih jauh dari sukses; dan hanya bersifat paliatif; pasien hanya sedikit lebih baik meskipun hanya pada taraf jasmaniah. Hilangnya dimensi rohani dari praktek kedokteran adalah suatu tragedi.

Penyakit Sebagai Megafon Tuhan

Walaupun penyakit adalah hal yang 'jahat' -pekerjaan setan- tetapi sering merupakan sesuatu yang mana Allah menggunakannya untuk menyadarkan manusia akan kekekalan. Pemazmur mengatakan, Adalah baik untuk aku ada dalam kesesakan, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu (Mzm 119 : 71). Dalam bukunya The Problem of Pain, CS Lewis menuliskan kalimta yang tak dapat dilupakan, 'Allah berbisik pada kita dalam kesenangan kita, berbicara dalam kesadaran kita, namun berteriak dalam kesakitan kita; itu adalah megafon-Nya untuk membangunkan dunia yang tuli.'

Hal di atas telah dikonfirmasikan dari waktu ke waktu, dengan pengalaman. Charles George Gordon mendapat serangan cacar air ringan sewaktu bekerja di Cina. Setelah sembuh, dia menulis ke saudara perempuannya, 'Saya bersyukur bahwa penyakit ini telah membuat saya berbalik kembali kepada Juruselamat saya'. Seorang dokter diopname di ruangan saya untuk suatu dugaan nyeri abdominal. Dia ternyata menderita suatu inoperable carcinoma pada lambungnya. Kondisinya terlalu kritis untuk dipulangkan, sedangkan saya tak mempunyai satu kamarpun untuknya. Hal terbaik yang dapat saya lakukan untuknya adalah sebuah kamar untuk berdua, yang mana ia sekamar dengan seorang anak muda yang baru kembali dari India, yang didiagnosa dengan disentri amuba. Anak muda ini tampaknya telah mengalami suatu pengalaman pertobatan Kristen , dan ketenangan pikiran dan jiwanya adalah 'iklan' yang indah untuk imannya. Pada mulanya dokter tua itu begitu pahit dan kecewa akan kondisinya, dan saya merasa agak takut setiap saya mengunjunginya setiap hari. Setelah kira-kira seminggu, saya melihat sikapnya berubah sama sekali. Ternyata dokter tua itu telah mengalami iman yang dimiliki anak muda itu.

Kebutuhan Rohani Pasien

Ketika seorang pasien berkonsultasi dengan dokter, dokter itu berhubungan dengan seseorang yang dalam hidupnya ada Allah yang aktif. Dokter itu ada dalam posisi untuk menjembatani kasih Allah dan menolong (atau mencegah) pencarian pasien itu akan keutuhan. Pasien-pasien yang datang mempunyai kebutuhan rohani. Kebutuhan utama mereka adalah kebutuhan rohani. Beberapa dengan perasaan bersalah yang nyata, objective guilt. Seorang kolega saya, ahli kandungan didatangi seorang pasien dengan gejala gangguan saluran kemih. Teman saya begitu terkesan dengan penampilan ibu ini yang semrawut dan bertanya ke Ibu ini :'Anda seorang wanita yang tak berbahagia. Maukah anda menceritakannya pada saya?'. Setelah terdiam agak lama, ibu ini mulai mengakui bahwa ia telah mencekik ibunya sendiri, dan sampai saat itu tak bisa menghilangkan rasa bersalahnya.

Yang lainnya, berhadapan dengan cacat permanen atau kematian, disebabkan oleh ketakutan, kesedihan dan keputusasaan; perasaan-perasaan yang sulit dikontrol dengan reassurance atau psikoterapi. Dia atas semuanya ini terdapat hubungan pribadi pasien dengan Tuhan. Sedikit sekali dari mereka yang berkonsultasi dengan kami datang dari keadaan yang 'hidup berkelimpahan' yang Yesus berikan, dan menghadapi kekekalan tanpa Tuhan dan sorga.

David Short

Dikutip dari : Majalah Samaritan No. 2/Mei-Juli 1999
(Terjemahan dari "The Christian Dimension"-Journal of The Christian Medical Fellowship, Januari 1993/dr. Lidya Gunadi)





Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag